KEDATANGAN ISLAM DI MALAYSIA

 

https://pin.it/6u8RlzRR7

Malaysia adalah salah satu negara tetangga Indonesia yang sering disebut-sebut sebagai bangsa dan tetangga yang serumpun. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti karena serumpun Melayu dan berbahasa dengan bahasa Melayu, dan sama-sama mayoritas beragama islam. Pada abad ke-16 dan ke-17 sangat populer istilah orang melayu, nageri melayu dan bahasa melayu. Namun tidak lupa istilah bahasa jawi. Hal tersebut adalah penyebutan orang-orang arab untuk orang melayu.

Kedatangan Islam telah membawa tulisan arab yang dijadikan tulisan melayu yang memiliki beberapa tambahan huruf istimewa bagi bahasa melayu. Dan terlihat tulisan jawilah yang mengikat campurnya satu bahasa yang terdiri dari satu golongan bangsa melayu. Jika merujuk pada tulisan Hamka misalnya, maka yang dimaksud dengan negeri-negeri Melayu dalam sejarah sangat luas, karena mencakup Siam (Petani) di Thailan sekarang, Malaysia, Indonesia, dan Pilipina Selatan.

Anggapan umum yang muncul bahwa islam di Malaysia pertama kali pada abad ke-10 di Trengganu yang merupakan negeri Melayu pertama menerima Islam. Pandangan ini adalah berdasarkan Batu Bersurat Terengganu yang ditemui di Kuala Berang, Terengganu. Batu Bersurat tersebut bertarikh 1303 M. Dari sisi budaya dan bahasa, bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia adalah bahasa yang serumpun yakni rumpun bahasa Melayu. Islamlah yang mendominasi kebudayaan Melayu, kadang-kadang tidak dapat dipisahkan antara keduanya. Sehingga di masa kekuasaan sultan-sultan itu memiliki kekuasaan yang tertinggi, maka Selat Malaka digelar “Bandar Niaga Muslim di Timur”, dan hal ini yang mewarnai suasana keseharian di Malaysia, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudahnya.

Sejak tahun 1700 M, Inggeris dan Belanda melakukan perjanjian menjadi dua kawasan kesultanan-kesultanan yang disebutkan terdahulu yaitu: Pertama, kawasan Utara Selat Malaka termasuk wilayah kekuasaan Inggeris. Kedua, kawasan Selatan Selat Malaka termasuk wilayah kekuasaan Belanda. Pada saat itu sudah terasa adanya campur tangan asing, Inggeris terhadap politik dan ekonomi terhadap Semenanjung Malaya. Diperkuat lagi setelah terjadi perjanjian “Pangkor” pada tahun 1874 M, antara Inggeris dan Sultan-sultan di Semenanjung Malaya yang berisikan penunjukan Residen Inggeris untuk kerajaan-kerajaan Melayu, dan penguasa-penguasa Melayu diwajibkan meminta nasehat Residen dalam banyak hal, kecuali agama dan adat istiadat Melayu. orang Inggerispun tahu keadaan ini, sehingga mereka tidak ingin mencampurinya. Sebab kedua hal tersebut memungkinkan resiko atas keberadaan mereka.

Ketika Portugis menjajah Melaka mereka mengambil sikap berdiam diri tanpa melakukan apa-apa inisiatif dalam membantu perkembangan agama dan pendidikan Islam pada waktu itu. Kegiatan agama dan pendidikan Islam menjadi perlahan. Disamping itu, kegiatan dakwah berjalan dalam situasi yang tidak menonjol. Setelah tahun 1854, sekolah al-Quran mula berubah corak apabila ia diambil alih oleh pemerintahan Inggeris melalui Syarikat Hindia Timur Inggeris. Sekolah-sekolah agama ini diberi bantuan penuh dengan syarat ia mengadakan matapelajaran membaca, menulis dan ilmu hisab disamping pelajaran agama dan membaca al-Quran. Bangunannya digunakan sebagai sekolah Melayu pada waktu pagi dengan mendapat bantuan penuh daripada pemerintahan Inggeris, Walaupun penjajah dapat menubuhkan sekolah Melayu dan mengasingkan sekolah al-Quran di sebelah petang, namun masyarakat Melayu tetap mengekalkan asas pendidikan Islam yang menjadi warisan agama dan bangsa.

Sistem pendidikan Islam masih menjadi tumpuan para pelajar. pabila mereka telah tamat pengajian dan kembali ke Tanah Melayu, golongan inilah yang meneruskan sistem pendidikan Islam dengan meluaskan lagi sistem yang sedia ada dengan membuka institusi-institusi pengajian yang lebih tinggi tarafnya yang dikenali sebagai “Pondok”. Bertitik tolak daripada sistem pondok, pendidikan Islam disiapkan lagi melalui sistem madrasah atau sekolah agama yang dilengkapi dengan infrastruktur dari segi bangunan sekolah, asrama, kemudahan rekreasi dan pejabat pentadbiran. Salah seorang tokoh yang terlibat dalam usaha untuk mengubah sistem pendidikan yang lebih sistematik ialah Syed Syeikh al-Hadi. Beliau telah menubuhkan sebuah madrasah di Bukit Mertajam pada Tahun 1906. Seterusnya pada tahun 1907, ditubuhkan pula madrasah di Singapura yang dikenali dengan nama Madrasah Iqbal dan Madrasah al-Hadi pada tahun 1917 di Banda Kaba, Melaka.

Pada tahun 1952, satu ordinan pelajaran telah digubal yang dinamakan sebagai Ordinan Pelajaran 1952. Dalam ordinan tersebut diadakan peruntukan Seksyen 70 mengenai pelajaran agama Islam dan menjadikannya sebagai sebahagian kursus-kursus pelajaran di sekolah bantuan kerajaan.

Kemerdekaan Malaysia akibat Islamisme dan Nasionalisme

           Perkembangan pendidikan Islam terus meningkat di Tanah Melayu mencapai kemerdekaannya pada tahun 1957. Hal ini dapat dilihat pada perubahan-perubahan yang berlaku dalam perundangan dan syor kerajaan. Setelah Malaysia merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957 dari genggaman penjajahan Inggeris, maka berdirilah sebagai suatu bangsa dan negara, sebagaimana bangsa-bangsa Asia Tenggara pada umumnya. Kemerdekaan ini didukung oleh dua kekuatan tersebut terdahulu yaitu islamisme dan nasionalime dalam bentuk wujud yang nyata (kelompok dan partai-partai).

Kemajuan Islam di Malaysia

       Pada era tahun 1970-an terdapat pencerahan agama Islam yang terorganisasi yang disebut “Pergerakan Dakwah” berkembang luas dan cepat. Kelihatannya, mereka mendapat inspirasi perkembangan dari luar, termasuk keberhasilan revolusi Iran mendirikan pemerintahan Islam tahun 1979. Ternyata jumlah penduduk Muslim yang hanya antara 58-60% dapat mempengaruhi kemajuan Malaysia secara keseluruhan. tahun 1969 PAS sudah bergabung dengan Forum Nasional di bawah pemerintahan Perdana Menteri II, Tun Abd. Razak, lalu didirikanlah Islamic Centre dan membentuk seksi Kementerian Agama Islam pada Departemen Perdana Menteri. tahun 1969 PAS sudah bergabung dengan Forum Nasional di bawah pemerintahan Perdana Menteri II, Tun Abd. Razak, lalu didirikanlah Islamic Centre dan membentuk seksi Kementerian Agama Islam pada Departemen Perdana Menteri. Setelah terintegrasi dan dapat terakomodasi semua oleh pemerintah Malaysia, maka terjadilah kedamaian dalam kehidupan masyarakat. Di antara orang-orang Muslim dan no-Muslim, serta antara orang Melayu asli dan Melayu tidak asli tidak ada masalah lagi. Artinya, mereka berbaur, bergaul sebagai anggota masyarakat dan masing-masing berusaha meningkatkan professinya masing-masing.

Gustama Prajodi

 

 
 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AHLI WARIS DALAM ISLAM

HISTORIOGRAFI NASIONAL INDONESIA

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM KASUS ZAKAT DI MASYARAKAT MUSLIM